Jumat, 05 Oktober 2018

Perfect Woman, Can I???


Saya mungkin hanya Ge eR atau mungkin saja ini kenyataan,yang tahu ya.. orang luar selain saya, tapi menurut versi saya sendiri ya seperti yang akan saya ceritakan ini.

Saya berpikir kalau saya itu type Ibu Sejati. Bagaimana tidak saya bisa melakukan segala hal bahkan mengorbankan apapun hak saya hanya demi anak-anak saya. Bahkan kalau diingat-ingat saya mau serumah dengan madu itu juga demi anak saya. Dalam setahun saya biasanya membeli pakaian paling sering cuma 3 potong (kecuali dalaman, karena saya merasa dalaman itu sangat penting demi kesehatan juga) biasanya juga hanya waktu hari raya lebaran. Kerudung atau jilbab pun saya beli kalau saya merasa benar-benar penting. 

Koleksi baju seadanya

Mungkin hal yang membuat saya agak khilaf untuk berbelanja hanyalah peralatan bebersih rumah dan lipstik itu pun saya masih mikir panjang untuk membelinya,kalau yang lama masih ada ya saya tak serta merta membeli kosmetik. Tapi untuk urusan anak-anak, saya bisa menghabiskan uang yang membuat orang sering geleng-geleng bahkan melabeli saya sebagai orang boros (versi lingkungan saya). Saya bisa membelikan anak saya mainan seharga 1 juta bahkan lebih dengan tanpa mikir panjang (tentang uang ya.. bukan efek mainannya terhadap anak saya) tapi saya akan mikir beribu kali untuk membeli pakaian baru meskipun seharga 100-200 ribu saja. Tiap ke luar rumah, jika uang yang saya miliki saat itu cukup untuk makan sampai besok, maka saya tak akan lupa membelikan sesuatu untuk anak-anak saya, perkara makan besok saya tak pernah mikir panjang, yang penting anak saya bahagia itu bagi saya. Bahkan saya membelikan stroller anak terakhir saya kemarin dengan harga yang lumayan mahal bagi sebagian besar orang sekitar saya, bahkan bagi seukuran saya sendiri dengan penghasilan yang hanya seperti ini. Namun karena alasan bahannya kuat dan nyaman bagi anak saya (anak saya paling betah di stroller ini setelah mencoba stroller satu toko) maka saya tanpa mikir panjang langsung membelinya.

Dulu saya sering iri dengan wanita lain, karena mereka bisa blanja-blanji baju, tas, sepatu dan segala pernak pernik perempuan sesering mereka mau. Bahkan beberapa hari kemarin saya ditertawakan online karena saya meng-upload foto lemari saya yang hanya berisi  7 potong baju resmi (untuk pesta dlsb) dan 5 potong baju tugas negara alias daster dan kaos oblong. Bahkan saya sempat menyalahkan suami saya, kenapa dia tega membiarkan saya seperti ini? Namun, saya menyadari bahwa keadaan seperti ini memang pilihan saya namun saya tak menyadari  hal tersebut. Saya menyadari hal ini saat saya mengungkapkan perasaan saya ini kepada suami saya untuk ke sekian kalinya.

Suami saya menjelaskan pada saya, karena dalam pikiran saya yang ada adalah hanya bagaimana agar anak-anak senang, rumah nyaman dan suami senang bahkan saya sampai lupa dengan diri saya sendiri. Dan kalau pun mau sebenarnya saya bisa menjadi seperti yang lain juga kalau saya mau, karena, katanya, segala hal bukan karena kita tak bisa namun itu hanya karena tak mau. Suami saya menjelaskan lagi sembari mengajak saya mengamati wanita-wanita lain yang sempat saya jadikan contoh objek yang saya ingin tiru. Mereka gak kaan mikir panjang untuk sekedar membeli baju baru atau printilannya lalu jika membelikan mainan anak mereka seharga jutaan, apakah meraka mau?? Tapi saya??? Ya saya mau. Itu saja bedanya. Bahkan beberapa wanita juga dengan tanpa mikir bisa saja jalan-jalan atau makan-makan di luar rumah dengan sangat tenang dan senang tapi saya?? Saya akan sedikit sakit perut saat menyantap makanan enak tanpa anak atau pun suami. Itulah saya (wkwkwkk..) dalam pikiran saya hanya anak dan suami.

Nah.. Saya mulai bertanya lagi, tapi ada juga kok wanita yang maksimal jadi ibu anak-anaknya punya semua dan juga full perhatian tapi dia masih bisa blanja-blanji untuk dirinya sendiri juga kok. Nah.. Menurut suami saya, saya bukannya tak bisa,karena prioritas utama saya adalah keluarga dan saya terlalu fokus apa lagi untuk membeli kebutuhan saya, saya pakai mikir ribuan kali, itulah yang membuat saya tak bisa, andai saya juga tanpa mikir jika merasa butuh saya langsung membeli, maka saya juga akan bisa kok. Dengan saya terlalu fokus dan memprioritaskan keluarga lalu lupa dengan saya sendiri, itu sama saja saya lupa meminta dan mendo'akan saya sendiri (hehehe... Tertohok). Jadi rejeki yang saya dapat, ya sesuai dengan yang saya mau.

Memang bukan suatu yang mudah untuk menjadi perfect woman yang merupakan gabungan dari perfect mom, perfect wife, and perfect "girlfriend". Namun itu bukan hal yang tak mungkin. Kita hanya perlu menyeimbangkannya saja.

Untuk saat ini,kata suami saya, saya itu sudah perfect mom and perfect wife selangkah lagi menjadi perfect girlfriend... Yaitu tak lupa juga merawat diri saya sendiri dan membahagiakan diri saya. Semoga saja Tuhan melancarkan doa dan usaha saya ini hingga menjadi mausia paripurna. Memang  sih kata perfect di sini bukanlah berarti sempurna yang sesungguhnya, itu hanyalah sebutan saja bagi suatu hal.yang dianggap telah berhasil.
Jadi ayuk yang udah merasa bisa blanja-blanji dengan mudah tapi urusan beli kebutuhan anak diambilin yang KW dan kurang nyaman, berubah yuk...???!!! Untuk anak berikan yang terbaik juga, inshaalloh rejeki akan dilancarkan Tuhan. Amin....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar